Laman

Minggu, 19 Juni 2016

Prof. Yohanes Surya Ph.D dari Olympiade Fisika Hingga Fisikawan Segudang Prestasi



Prof. Yohanes Surya Ph.D dari Olympiade Fisika Hingga Fisikawan
Prof. Yohanes Surya Ph.D
Prof Yohanes Surya, lahir di Jakarta, 6 November 1963. Ia adalah seorang fisikawan Indonesia. Ia juga dikenal sebagai pembimbing TOFI. Prof. Yohanes Surya Ph.D. aktif dalam berbagai pelatihan Matematika dan Fisika GASING (Gampang Asyik dan Menyenangkan).
Ia memperdalami fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat.
Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude.
Prof Yohanes Surya setelah mendapatkan gelar Ph.D., menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) VirginiaAmerika Serikat (1994). Walaupun sudah punya Greencard (izin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya akhirnya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika dan ilmu sains di Indonesia.
Ia juga sang pelopor TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia). Keterlibatan Prof Yohanes Surya dalam Olimpiade Fisika. Dimulai ketika masih menjadi kandidat doktor Fisika di College of William and Mary. Ia tertarik ketika melihat pengumuman bahwa akan diadakan Olimpiade Fisika International (IPhO - International Physics Olympiad ke-24) di kampus William and Mary. Bersama dengan rekannya Agus Ananda, ia meminta bantuan Universitas Indonesia untuk mengadakan seleksi bagi 5 orang siswa SMA Indonesia. Selanjutnya 5 orang siswa ini diundang untuk dilatih olehnya di Amerika Serikat. Universitas Indonesia, melalui Fakultas MIPA akhirnya terseleksi 5 orang siswa, yaitu: Oki Gunawan (SMAN 78 Jakarta), Jemmy Widjaja (SMAK 1 Jakarta), Yanto Suryono (SMAK 1 Jakarta), Nikodemus Barli (SMAN 5 Surabaya), dan Endi Sukma Dewata (SMAN 2 Kediri). 5 Orang inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Akhirnya mereka berhasil mengikuti IPhO dan berhasil menyabet medali perunggu untuk Indonesia atas nama Oki Gunawan[2].
Tahun 1994 akhir, Ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia untuk melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Selain itu Yohanes Surya juga menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir (tahun 1995–1998). Pada tahun 1995, akhirnya Yayasan TOFI resmi berdiri, Yayasan ini merupakan wadah yang melakukan pelatihan dan pencarian tunas-tunas bangsa untuk berlomba di IPhO. Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional.[3] Pada tahun 2006 [4]seorang siswa binaannya, Jonathan Pradana Mailoa[5], berhasil meraih predikat "The Absolute Winner" (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IPhO) XXXVII di Singapura.
Sejak tahun 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru fisika dan matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Pada tahun 2009 Surya Institute bekerja sama dengan pemerintah daerah, World Vision Internasional, serta Lembaga Nobel Indonesia mempersiapkan sejumlah siswa dari beberapa daerah di Provinsi Papua untuk mengikuti olimpiade sains atau matematika di tingkat nasional dan internasional.
Selain itu, Prof Yohanes Surya merupakan penulis produktif bidang Fisika/Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Ia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dimana ada tiga hukum Mestakung. Serta pencetus pembelajaran Gasing artinya Gampang, Asyik, Menyenangkan. Prof Yohanes Surya juga menjadi narasumber program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA.
Ia juga adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Pernah juga menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan, Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains/matematika (XL-com, L’oreal, UKI dsb.), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, pernah juga menjabat sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) hingga akhir 2010, serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) di seluruh Indonesia.
Di pertengahan 2009, Prof. Yohanes Surya merintis berdirinya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya (STKIP Surya) di Tangerang.

Prof Yohanes Surya juga berkiprah dalam organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize (1997-sekarang), penggagas dan president Asian Physics Olympiad (2000-sekarang), Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang (2000), Executive member of the World Physics Federation Competition, Chairman of The International Econophysics Conference 2002, Chairman the World Conggress Physics Federation 2002, Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali.
Prof Yohanes Surya selama berkarier di bidang pengembangan fisika, sudah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku “Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia” yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia.
Prof Yohanes Surya juga merupakan prakarsa kegiatan internasional pengembangan sains, matematika dan fisika, diantaranya adalah:
·         24 November - 5 Desember 2010: Olimpiade Astronomi Tingkat Asia-Pasifik ke-VI atau The Asian-Pacific Astronomy Olympiad / APAO, di Tolikara, Papua.
·         14-17 November 2011: Lomba Matematika dan Sains Asia tingkat SD (ASMOPS / Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School) pertama [9].
·         28 Desember 2011 - 3 Januari 2011:Olimpiade Fisika tingkat Dunia atau World Physics Olympiad / WoPhO, di Mataram, Lombok [10][11].
Prof. Yohanes Surya mulai merintis pembangunan gedung pada tahun 2010, yakni Surya Research Education Center, sebuah gedung pusat penelitian dan pendidikan, khususnya dibidang Matematika dan Fisika. Gedung ini berada di kawasan Summarecon Serpong, Tangerang dan diresmikan pada 29 Maret 2011. Gedung ini akan dipakai untuk pelatihan bagi mereka yang ikut olimpiade sains atau matematika, pelatihan guru dan pelatihan anak-anak Papua.
Prof. Yohanes Surya bersama timnya, Ellen Conny dan Sylvia Lim juga menerbitkan novel fiksi ilmiah yang bercerita tentang seorang tokoh benama Tofi atau Petualangan Tofi. Dengan judul "Perburuan Bintang Sirius".
Prof Yohanes Surya Pada tahun 2013, mendirikan Universitas berbasis riset, bernama Surya University yang kampus pernah sementaranya berlokasi di Summarecon Serpong, Tangerang. Universitas baru ini memiliki 3 fakultas dan 10 jurusan dan direncanakan memulai perkuliahannya pada bulan september 2013.
Begitu banyak prestasi yang berhasil diraih, penulis berharap Anda juga meraih prestasi Anda.(db/06/16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar