Laman

Minggu, 19 Juni 2016

Mengingat Kembali Lagi Kehebatan Eyang BJ Habibie Sang Pembuat Pesawat Terbang



Prof Dr. Ing BJ Habibie - Pemegang 46 Paten Aeronautika
Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult.

Prof Bacharuddin Jusuf Habibie lahir tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan Indonesia. Anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardoyo. Dia hanya satu tahun kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) karena pada tahun 1955 beliau mendapat pertukaran pelajar di Rheinisch Westfalische Technische Honuchscule, Aschen Jerman.

Menyelesaikan kuliahnya dengan tekun selama lima tahun, memperoleh gelar Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude di Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara.

Kejeniusannya mampu meraih gelar Doktor Insinyiur di Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan predikat Cum Laude tahun 1965.

Memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973).

Aktivitasnya terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.

Mendapatkan medali dan tanda jasa nasional maupun internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987.

Dalam kariernya Prof B.J Habibie memegang empat puluh tujuh posisi penting seperti Direktur Presiden IPTN Bandung, Presiden Direktur PT PAL Surabaya, Presiden Direktur PINDAD, Ketua Otorita Pembangunan Kawasan Industri Batam, Kepala Direktur Industri Strategis (BPIS) dan Ketua ICMI. Sampai sekarang, ia masih menjabat sebagai Presiden Forum Islam Internasional dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan SDM sejak tahun 1977, Penyantun dan Ketua Habibie Centre untuk urusan luar negeri sejak tahun 1999.

Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.

Harapan penulis teruslah meraih cita-cita Anda. (db/06/16)

Sang Penemua 4G LTE Professor Khoirul Answar Simak Kisahnya



Prof Dr. KHOIRUL ANWAR Sang 4G LTE

Prof Khoirul Anwar
Prof Dr Khoirul Anwar sudah pernah menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang beberapa paten di bidang telekomunikasi.
Alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut pernah menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar Engineering, melakukan penelitian, dan membimbing Mahasiswa.
Graduated from Electrical Engineering Department, Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in 2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively.
Paten pertamanya, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.
Dr. Anwar is a recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, California, USA.
Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Dia mengurangi daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. “Kami mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya,” kata dia.
Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.
Pada paten kedua, dia menciptakan sesuatu mencapai kecepatan yang lebih tinggi yang menghilangkan sama sekali Guard Interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini.
Kemudian penemuannya yang dipatenkan adalah "Transmitter And Receiver" dikenal menjadi aplikasi 4G LTE.
Prestasi internasionalnya sebagai The Best Student Paper oleh Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE)  di bidang Radio and Wireless Symposium 2006 (RWS2006), California, USA, January 2006. Lalu Travel Grant Award, Computer and Communications Conference Conference Award  ke Massachusets Institute of Technology (MIT), tahun 2004.
Anggaran penelitiannya bisa mencapai puluhan juta yen, mendapatkan JSPS Grant-in-Aid for Scientic Research 2011-2014 (KAKENHI KIBAN KENKYU B) untuk bidang khusus "Connect All with Turbo Codes: COATNET-2." (Choirul sebagai Co-Investigator)  dengan anggaran 20 juta yen.
Khoirul Anwar menikahi Sri Yayu Indriyani dan dikaruniai tiga orang putra serta seorang putri. Semasa di Jepang ia pernah di Nomi, Ishikawa, dekat tempat kerjanya. Dia pernah bekerja di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) sebagai assistant professor.
Harapannya tahun 2016 adalah "Saya cuma ingin mengajar saja di Indonesia dengan kebebasan penelitian juga kalau bisa seperti di Jepang ini. Demikian pula saya berharap bisa bekerjasama dengan baik dengan semua orang di lingkungan saya di Indonesia nantinya. Bisa diterima baik semua orang sehingga kita bisa tenang bekerja di Indonesia nantinya."
Harapan penulis, teruskan meraih cita-cita Anda.(db/06/16)

Prof. Yohanes Surya Ph.D dari Olympiade Fisika Hingga Fisikawan Segudang Prestasi



Prof. Yohanes Surya Ph.D dari Olympiade Fisika Hingga Fisikawan
Prof. Yohanes Surya Ph.D
Prof Yohanes Surya, lahir di Jakarta, 6 November 1963. Ia adalah seorang fisikawan Indonesia. Ia juga dikenal sebagai pembimbing TOFI. Prof. Yohanes Surya Ph.D. aktif dalam berbagai pelatihan Matematika dan Fisika GASING (Gampang Asyik dan Menyenangkan).
Ia memperdalami fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat.
Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude.
Prof Yohanes Surya setelah mendapatkan gelar Ph.D., menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) VirginiaAmerika Serikat (1994). Walaupun sudah punya Greencard (izin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya akhirnya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika dan ilmu sains di Indonesia.
Ia juga sang pelopor TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia). Keterlibatan Prof Yohanes Surya dalam Olimpiade Fisika. Dimulai ketika masih menjadi kandidat doktor Fisika di College of William and Mary. Ia tertarik ketika melihat pengumuman bahwa akan diadakan Olimpiade Fisika International (IPhO - International Physics Olympiad ke-24) di kampus William and Mary. Bersama dengan rekannya Agus Ananda, ia meminta bantuan Universitas Indonesia untuk mengadakan seleksi bagi 5 orang siswa SMA Indonesia. Selanjutnya 5 orang siswa ini diundang untuk dilatih olehnya di Amerika Serikat. Universitas Indonesia, melalui Fakultas MIPA akhirnya terseleksi 5 orang siswa, yaitu: Oki Gunawan (SMAN 78 Jakarta), Jemmy Widjaja (SMAK 1 Jakarta), Yanto Suryono (SMAK 1 Jakarta), Nikodemus Barli (SMAN 5 Surabaya), dan Endi Sukma Dewata (SMAN 2 Kediri). 5 Orang inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Akhirnya mereka berhasil mengikuti IPhO dan berhasil menyabet medali perunggu untuk Indonesia atas nama Oki Gunawan[2].
Tahun 1994 akhir, Ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia untuk melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Selain itu Yohanes Surya juga menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir (tahun 1995–1998). Pada tahun 1995, akhirnya Yayasan TOFI resmi berdiri, Yayasan ini merupakan wadah yang melakukan pelatihan dan pencarian tunas-tunas bangsa untuk berlomba di IPhO. Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional.[3] Pada tahun 2006 [4]seorang siswa binaannya, Jonathan Pradana Mailoa[5], berhasil meraih predikat "The Absolute Winner" (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IPhO) XXXVII di Singapura.
Sejak tahun 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru fisika dan matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Pada tahun 2009 Surya Institute bekerja sama dengan pemerintah daerah, World Vision Internasional, serta Lembaga Nobel Indonesia mempersiapkan sejumlah siswa dari beberapa daerah di Provinsi Papua untuk mengikuti olimpiade sains atau matematika di tingkat nasional dan internasional.
Selain itu, Prof Yohanes Surya merupakan penulis produktif bidang Fisika/Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Ia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dimana ada tiga hukum Mestakung. Serta pencetus pembelajaran Gasing artinya Gampang, Asyik, Menyenangkan. Prof Yohanes Surya juga menjadi narasumber program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA.
Ia juga adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Pernah juga menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan, Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains/matematika (XL-com, L’oreal, UKI dsb.), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, pernah juga menjabat sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) hingga akhir 2010, serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) di seluruh Indonesia.
Di pertengahan 2009, Prof. Yohanes Surya merintis berdirinya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya (STKIP Surya) di Tangerang.

Prof Yohanes Surya juga berkiprah dalam organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize (1997-sekarang), penggagas dan president Asian Physics Olympiad (2000-sekarang), Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang (2000), Executive member of the World Physics Federation Competition, Chairman of The International Econophysics Conference 2002, Chairman the World Conggress Physics Federation 2002, Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali.
Prof Yohanes Surya selama berkarier di bidang pengembangan fisika, sudah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku “Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia” yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia.
Prof Yohanes Surya juga merupakan prakarsa kegiatan internasional pengembangan sains, matematika dan fisika, diantaranya adalah:
·         24 November - 5 Desember 2010: Olimpiade Astronomi Tingkat Asia-Pasifik ke-VI atau The Asian-Pacific Astronomy Olympiad / APAO, di Tolikara, Papua.
·         14-17 November 2011: Lomba Matematika dan Sains Asia tingkat SD (ASMOPS / Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School) pertama [9].
·         28 Desember 2011 - 3 Januari 2011:Olimpiade Fisika tingkat Dunia atau World Physics Olympiad / WoPhO, di Mataram, Lombok [10][11].
Prof. Yohanes Surya mulai merintis pembangunan gedung pada tahun 2010, yakni Surya Research Education Center, sebuah gedung pusat penelitian dan pendidikan, khususnya dibidang Matematika dan Fisika. Gedung ini berada di kawasan Summarecon Serpong, Tangerang dan diresmikan pada 29 Maret 2011. Gedung ini akan dipakai untuk pelatihan bagi mereka yang ikut olimpiade sains atau matematika, pelatihan guru dan pelatihan anak-anak Papua.
Prof. Yohanes Surya bersama timnya, Ellen Conny dan Sylvia Lim juga menerbitkan novel fiksi ilmiah yang bercerita tentang seorang tokoh benama Tofi atau Petualangan Tofi. Dengan judul "Perburuan Bintang Sirius".
Prof Yohanes Surya Pada tahun 2013, mendirikan Universitas berbasis riset, bernama Surya University yang kampus pernah sementaranya berlokasi di Summarecon Serpong, Tangerang. Universitas baru ini memiliki 3 fakultas dan 10 jurusan dan direncanakan memulai perkuliahannya pada bulan september 2013.
Begitu banyak prestasi yang berhasil diraih, penulis berharap Anda juga meraih prestasi Anda.(db/06/16)